Psikodrama

Psikodrama adalah kegiatan memerankan suatu peran tertentu yang bertujuan untuk menghilangkan konflik atau stres di dalam diri individu. Psikodrama merupakan salah satu jenis permainan peranan.[1] Psikodrama merupakan salah satu teknik penyelesaian permasalahan psikis yang dialami oleh individu.[2] Jenis bimbingan pada psikodrama adalah bimbingan pribadi dengan penyelesaian kesulitan pribadi.[3] Sementara pelaksanaan bimbingannya dilakukan secara berkelompok.[4]

Penemu

Psikodrama merupakan hasil pengembangan dari seorang psikiater asal Bukares, Rumania. Namanya adalah Jacob L. Moreno (1889–1974). Moreno merupakan seorang psikiater yang memiliki latar belakang di bidang kedokteran.[5] Ia membuat dua jenis permainan peran ketika berada Institut Psikodrama di Kota New York. Pertama adalah psikodrama dan yang kedua adalah sosiodrama. Tujuan awal dari kedua permainan peran ini adalah membantu kesulitan belajar menggunakan tulisan dengan mengalihkannya menjadi praktik langsung. Konsep yang digunakan adalah dramatisasi suatu permasalahan.[6]

Pelaksanaan

Pelaksanaan psikodrama memerlukan panggung, pemimpin, pemeran utama, pemeran pedukung dan penonton. Panggun merupakan tempat tiruan yang menyerupai lokasi yang ada dalam drama. Pembuatan panggung umumnya cukup luas, tetapi tidak perlu dibuat secara khusus. Pemimpin psikodrama adalah konselor atau siapapun yang dianggap memiliki kemampuan menjadi sutradara. Perannya dalam membuat naskah drama dan mengarahkan pemeran utama selama drama berlangsung. Pemimpin psikodrama juga bertugas membuat perasaan peserta psikodrama menjadi terwakili secara bebas. Pemeran utama merupakan subjek yang memainkan peran dalam kegiatan penting yang dialami pada waktu lampau, masa sekarang, dan masa depan sesuai dengan tema drama. Perannya dilakukan secara spontan maupun mengikuti naskah. Pemeran pendukung hanya bertugas membantu pada peran-peran tertentu yang berkaitan dengan peran dari pemeran utama. Perannnya untuk mempengaruhi peranan dari pemeran utama dalam kehidupan yang sebenarnya. Sedangkan penonton merupakan kelompok yang tidak berperan sebagai pemeran utama atau pemeran pendukung. Tugasnya hanya yang memberi dukungan atau umpan balik kepada proses psikodrama. Penonton juga dapat membantu pemeran utama dalam memahami perilakunya.[7]

Kegunaan

Teknik katarik

Psikodrama merupakan salah satu teknik katarik. Ketika individu diberi tes proyeksi dalam bentuk permainan peran, ia akan dapat menyalurkan perasaan-perasaan atau emosi-emosinya. Bersamaan dengan penyaluran ini terjadi proses kataris pada individu tersebut.[8]

Bimbingan kelompok

Psikodrama dapat digunakan sebagai salah satu metode bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan proses penyelesaian masalah dari individu melalui sebuah kelompok. Penyelesaian masalah dapat dilakukan secara indvidu atau diselesaikan bersama oleh kelompoknya. Dalam bimbingan kelompok, masalah individu merupakan masalah yang dialaminya dengan kedudukannya sebagai anggota kelompok.[9] Metode psikodrama tepat digunakan untuk keperluan terapi guna menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konflik sosial.[10]

Terapi kelompok

Terapi kelompok dapat dilakukan dengan permainan peran yang menggabungkan prosedur analisis transaksional dan teknik psikodrama. Anggota lain dilibatkan di dalam situasi permainan. Peran seorang anggota kelompok adalah sebagai ego yang menjadi permasalahan bagi anggota kelompoknya yang lain. Di dalam kelompok ini, anggota yang menjadi ego mengadakan pembicaraan dengan anggota lain yang menganggapnya sebagai masalah. Terapi kelompok dengan prosedur gabungan ini juga dapat menerapkan kondisi menampilkan ego dari orang tua yang khas secara konstan.[11]

Metode pembelajaran

Psikodrama juga dapat dijadikan sebuah terapi sekaligus metode pembelajaran bagi peserta didik. Sebagai metode pembelajaran, psikodrama dilakukan dengan bermain peran yang diawali dengan permasalahan psikologis. Psikodrama akan mempermudah peserta didik dalam memahami dirinya sendiri karena adanya pengenalan konsep diri. Peserta didik juga menjadi berani untuk memberikan reaksi terhadap tekanan-tekanan psikologi yang ditujukan kepadanya.[12]

Referensi

  1. ^ Bhakti, C. P., dan Kurniawan, S. J. (2020). "Implementasi Metode Experiential Learning dalam layanan Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Work Readiness Pada Siswa SMK" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling: Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mendukung Program Merdeka Belajar dan Meningkatkan Karakter Siswa: 52. ISBN 978-623-7619-08-6. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  2. ^ Masdudi (2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah (PDF). Cirebon: Nurjati Press. hlm. 68. ISBN 978-602-9074-30-7.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ Nasution, H. S., dan Abdillah (2019). Hidayat, Rahmat, ed. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya (PDF). Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia. hlm. 73. ISBN 978-623-90653-5-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  4. ^ Hikmawati, Fenti (2016). Bimbingan dan Konseling Edisi Revisi (PDF). Jakarta: Rajawali Pers. hlm. 140. ISBN 978-979-769-300-8.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ Riskasari, W. dkk. (2016). Psikologi Klinis Kelautan: Kasus-Kasus dalam Bidang Klinis (PDF). Surabaya: Hang Tuah University Press. hlm. 32–33. ISBN 978-979-3153-92-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 2022-03-04.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. ^ Nilakusmawati, D. P. E., dan Asih, N. M. (2012). Kajian Teoritis Beberapa Model Pembelajaran (PDF). Denpasar: Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana. hlm. 88.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  7. ^ Suharsiwi (2018). Bahan Ajar Bimbingan Konseling (PAI - PGMI). Yogyakarta: CV Prima Print. hlm. 178–179. ISBN 978-602-60190-5-9.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  8. ^ Nastiti, Dwi (2019). Sartika, S. B., dan Multazam, M. T., ed. Psikologi Proyeksi: Pengantar Memahami Kepribadian Secara Akurat. Sidoarjo: UMSIDA Press. hlm. 59. ISBN 978-623-7578-13-0.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
  9. ^ Parmadi, dkk. (2017). Bimbingan dan Konseling (PDF). Jambi: Pustaka Ma'arif Press. hlm. 55. ISBN 978-602-50299-8-1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-03-04. Diakses tanggal 2022-03-04.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  10. ^ Nasrun (2016). "The Effect of Group Guidance Service with Group Discussion Technique in Improving Consentration Ability in Learning of Student Class X-3 SMA Negeri 1 Pollung Academic of 2015/2016" (PDF). Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling 2016: 133–134. ISBN 978-602-73537-1-8. 
  11. ^ Suriati, dkk. (2020). Takdir dan Rahmatullah, ed. Teori dan Teknik Bimbingan dan Konseling (PDF). Sinjai: CV. Latinulu. hlm. 98. ISBN 978-623-92478-8-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  12. ^ Ananda, Rusydi (2019). Amiruddin, ed. Perencanaan Pembelajaran (PDF). Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia. hlm. 131. ISBN 978-602-51316-9-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)