Anarkisme di Indonesia

Bagian dari seri politik tentang
Anarkisme
Aliran pemikiran Kulit hitam Kapitalis Kristen Kolektif Komunis Egois Eksistensialis Feminis Hijau Individualis Pemberontakan Kiri Pasar sayap kiri Magonis Mutualis Naturis Pasifis Filosofis Platformis Pasca-anarkis Pascakolonial Pascakiri Primitivis Queer Sosial Sindikalis Sintesis Vegan Tanpa ajektiva
Teori Praktik Anarki Anarchist Black Cross Anasionalisme Anti-otoritarianisme Antimilitarisme Kelompok afinitas Blok hitam Masyarakat tanpa kelas Perjuangan kelas Komune Demokrasi konsensus Penentang sadar Kontra-ekonomi Desentralisasi Ekologi dalam Aksi langsung Demokrasi langsung Kekuasaan ganda Especifismo Anarkisme ekspropriatif Asosiasi bebas Cinta bebas Sekolah bebas Pikiran bebas Horizontalidad Ilegalisme Individualisme Reklamasi individual Isokrasi Hukum Bantuan sesama Politik partisipatoris Zona otonom permanen Politik partisipatoris Internasionalisme proletarian Propaganda perbuatan Penolakan kerja Revolusi Peliaran kembali Kepemilikan diri Pusat sosial Ekologi sosial Penyisipan sosial Terapi Soma Tatanan spontan Squatting Temporary Autonomous Zone Serikat egois
Tokoh Émile Armand Mikhail Bakunin Alexander Berkman Alfredo M. Bonanno Murray Bookchin Noam Chomsky Buenaventura Durruti Sébastien Faure Mahatma Gandhi William Godwin Emma Goldman Francesc Ferrer i Guàrdia Peter Kropotkin Gustav Landauer Ricardo Flores Magón Nestor Makhno Errico Malatesta Louise Michel Johann Most Rudolf Rocker Murray Rothbard Pierre-Joseph Proudhon Diego Abad de Santillán Lysander Spooner Max Stirner Henry David Thoreau Leo Tolstoy Benjamin Tucker Volin Colin Ward Josiah Warren John Zerzan
Permasalahan Anarko-kapitalisme Kripto-anarkisme Hak asasi hewan Kapitalisme Pendidikan Kritik Islam Gaya hidup Marxisme Nasionalisme Yudaisme Ortodoks Agama Cinta dan seks Kekerasan
Sejarah Komune Paris Revolusi Cantonal Kongres Hague Konferensi Internasional Roma Trial of the Thirty Kerusuhan Haymarket May Day UU Pengecualian Anarkis Kongres Amsterdam Minggu Tragis Insiden Kōtoku Manifesto Enam Belas Anarkisme individualis di Amerika Serikat Pengeboman Amerika Serikat 1919 Biennio Rosso Revolusi Jerman 1918–19 Republik Dewan Bavarian Pemberontakan Kronstadt Revolusi Rusia Ketiga Teritori Bebas Insiden Amakasu Escuela Moderna Anarkisme individualis di Eropa (di Prancis) Revolusi Spanyol May Day Barcelona Segitiga merah terbalik Koleksi Labadie Mei 1968 Provo LIP Perpustakaan Kate Sharpley Seratus Tahun Anarkis Australia Karnaval Melawan Kapital 1999 Seattle WTO protests Gerakan Occupy
Budaya Film Pameran buku anarkis Anarko-punk Seni Penyulitan budaya Budaya DIY Freeganisme Hip hop Independent Media Center Infoshop The Internationale Anarkisme Yahudi "Tanah dan Kebebasan" Gaya hidup "No gods, no masters" Pendidikan populer "Property is theft!" Pemandu sorak radikal Enviromentalisme radikal Red and Anarchist Skinheads Squatting Simbolisme Glosarium A las Barricadas
Ekonomi Komunisasi Koperasi Cost the limit of price Demokrasi ekonomi Pemisahan diri ekonomi Gift economy Give-away shop Abolisionisme pasar Pemogokan massal Bantuan sesama Ekonomi partisipatoris Really Really Free Market Sosialisasi Perbudakan upah Manajemen mandiri pekerja
Menurut wilayah Afrika Afrika Selatan Amerika Serikat Argentina Australia Azerbaijan Bolivia Brasil Britania Raya Ekuador India Indonesia Islandia Irlandia Israel Italia Jepang Jerman Kanada Korea Kuba Meksiko Mesir Monako Polandia Prancis Guyana Prancis Romania Rusia Selandia Baru Singapura Spanyol Swedia Transnistria Tiongkok Turki Ukraina Venezuela Vietnam Yunani
Daftar Band anarko-punk Komunitas Karakter fiksional Anarkis Yahudi Cinta dan seks Musisi Organisasi Terbitan berkala Penyair Anarkis Rusia Film
Topik terkait Antikapitalisme Antikorporatisme Antikonsumerisme Antifasisme Antiglobalisasi Antistatisme Antiperang Autarkisme Otonomisme Komunisme Gerakan buruh Komunisme kiri Libertarianisme Sosialisme libertarian Marxisme libertarian Marxisme Situasionis Internasional Sosialisme Tatanan spontan
Portal anarkisme Portal politik
l b s

Anarkisme merupakan teori politik yang memiliki tujuan menciptakan tindakan anarki, ketiadaan tuan, tanpa raja yang berkuasa. Dalam kata lain, anarkisme merupakan teori politik yang bertujuan untuk menciptakan kebebasan individu berkumpul bersama dalam suatu masyarakat secara sederajat.^[1][2]

Tujuan Anarkisme

Pada dasarnya Anarkismes merupakan filosofi yang percaya oleh manusia sebagai anggota masyarakat yang tidak mau diperintah maupun hidup dalam belenggu otoritas. Anarkisme seringkali dikatakan sebagai biang kerok dalam kekerasan dan sudah mencapai puncaknya di Indonesia. Bebarapa Media massa beramai-ramai menggunakan diksi tersebut untuk menjelaskan keterkatan dengan kurusuhan, kebrutalan, dan pengrusakan lainnya.^[3]

Pandangan politik yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang di dalamnya individu bebas berkumpul bersama secara sederajat (egaliter) tanpa adanya hierarki. Anarkisme melawan semua bentuk kontrol hierarkis, baik kontrol oleh negara maupun kapitalis, sebab hierarki dianggap merugikan individu dan individualitas seseorang dan secara pemikiran sosial yang penganutnya menganjurkan penghapusan kapitalisme dan menggantinya dengan kepemilikan bersama. Sederhananya, anarkisme merupakan kebebasan otoritas atau keadaan tanpa pemerintahan. Kata Anarki lahir sebagai respon akan konsep demokrasi dan tanggapan terhadap sistem politik lainnya. Sejarahnya, setelah revolusi Prancis pada tahun 1793, paham anarkisme menjadi politik alternatif bagi monarki dan masyarakat atas teokrasi untuk menuju kesetaraan total dan menghapuskan otoriter.^[4].^[5]

Sejarah anarkisme di dunia

Anarkisme modern adalah bagian penting dari gerakan pekerja pada akhir abad ke-19. Modernisme, industrialisasi, reaksi terhadap kapitalisme, dan migrasi massal membantu anarkisme berkembang dan menyebar ke seluruh dunia. Kecenderungan utama anarkisme sebagai gerakan sosial telah diwakili oleh anarko-kolektivisme, anarko-komunisme dan anarko-sindikalisme, dengan anarkisme individualis menjadi fenomena literatur utama.

Dengan bertumbuhnya gerakan buruh, bentrokan antara anarkis dan komunis Marxisme menjadi tidak terhindarkan. Kedua aliran ini terbelah di kongres kelima Internasional Pertama pada 1872. Peristiwa selanjutnya tidak membantu mengurangi kesenjangan. Anarkis berpartisipasi dengan antusias dalam Revolusi Rusia, tetapi begitu kelompok Bolshevik mengukuhkan kekuasaannya, kelompok anarkis ditekan dengan kejam terutama di Kronstadt dan Ukraina. Momen paling menonjol dari anarkisme adalah Perang Saudara Spanyol yang berakhir dengan kekalahan anarkis dan seukutunya. Anarkisme sebagai gerakan tampak mati setelah Perang Dunia II.

Namun, pada 1960-an mereka muncul kembali dalam berbagai bentuk, khususnya dalam gerakan antiglobalisasi. Bersama dengan tren anarkisme klasik, semakin banyak kelompok akar rumput yang mengadopsi cara organisasi yang anarkistik.

Sejarah gerakan anarkisme di Indonesia

Berdasarkan sejarah di dunia, paham anarkismes pertama kali muncul di benua Eropa pada abad ke-18. Sedangkan sejarahnya di Indonesia dimulai pada era penjajahan Belanda. Sejarah paham anarkisme di Indonesia bermula dari Tokoh Indonesia yang bernama Edward Douwes Dekker atau dikenal sebagai Multatuli lewat sebuah bukunya Max Havelaar yang memberikan pengaruh kuat kepada para anarkis di Hindia Belanda.^[6]

Setelah itu, Banyak muncul pejuang gerakan antikolonial di Hindia Belanda, dimulai tahun 1918 dan mulai tumbuh pada tahun 1990-an dikarenakan adanya kelompok-kelompok yang direkrut oleh PRD (Partai Rakyat Demokratik) selama satu dekade terakhir Orde Baru dengan membentuk Front Anti Fasis (FAF).^[7][8]

Lahirnya (FAF) menginisiasi dua konsolidasi nasional yaitu munculnya Jaringan Anti Fasis Nusantara (JAFNus) pada tahun 1999 dan membentuk Jaringan Anti-Otoritarian (JAO). pada tahun 2007 yang merupan bertujuan untuk melengserkan rezim orde baru.^{[butuh klarifikasi]}

Sejak 2007, semakin banyak gelombang perlawanan yang ditunjukkan oleh para anarkis di Indonesia. Sebagian harus mengalami penangkapan dan pemenjaraan.^[9][10]

Sampai sekarang, gerakan anarkisme yang muncul dan tersebar di Indonesia dengan bermacam-macam bentuk, seperti dalam bentuk aksi demo yang menimbulkan tindakan yang merugikan beberapa pihak yang dilakukan dengan cara anarkis.^[11]

Referensi